Pakar Ungkap Solusi Hentikan Pandemi Corona Selain Vaksin
Health

Menurut pakar virologi dari Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Mohamad Saifudin Hakim, vaksin bukanlah satu-satunya cara untuk menghentikan pandemi corona.

WowKeren - Indonesia kini tengah melaksanakan uji klinis tahap III terhadap vaksin virus corona (COVID-19) buatan Sinovac asal Tiongkok di Bandung, Jawa Barat. Jika tak ada kendala, maka vaksin COVID-19 ini rencananya sudah akan bisa diproduksi massal tahun depan.

Menurut pakar virologi dari Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Mohamad Saifudin Hakim, vaksin bukanlah satu-satunya cara untuk menghentikan pandemi corona. Hakim mengingatkan bahwa wabah virus corona sebelumnya seperti SARS-CoV pada tahun 2002 dan MERS-CoV pada tahun 2012 berhasil dihentikan tanpa vaksin.

Menurut Hakim, negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Selandia Baru, hingga Taiwan dapat menekan peningkatan kasus penularan melalui upaya pencegahan yang dilaksanakan dengan baik dan disiplin. Oleh sebab itu, Hakim menilai bahwa pemerintah masih perlu melakukan upaya-upaya pencegahan penularan virus dengan maksimal.

"Masyarakat harus disiplin melaksanakan upaya-upaya pencegahan penularan," tegas Hakim dilansir Republika pada Selasa (18/8). "Tidak boleh kendor sama sekali."


Menurut Hakim, upaya pencegahan seperti isolasi kasus, pelacakan kontak fisik, hingga pemakaian masker dan cuci tangan sangat diperlukan untuk menekan angka COVID-19. Pasalnya, vaksin masih tidak dapat diklaim efektif meski telah diuji klinis.

"Jangan terburu-buru menyimpulkan vaksin yang sedang diuji klinis saat ini pasti akan efektif dan sudah pasti menjadi pilihan untuk diedarkan," ujar Hakim. "Ini kesimpulan yang terlalu dini."

Hakim juga mengungkapkan bahwa banyak vaksin yang telah menjalani uji klinis tahap III, namun gagal karena terbukti tak efektif. Menurutnya, pengembangan vaksin merupakan salah satu usaha untuk menghentikan pandemi, namun banyak penelitian menunjukkan antibodi yang terbentuk setelah infeksi SARS-CoV-2 secara alami tidak bertahan lama, hilang 2-3 bulan.

Jika nantinya uji klinis vaksin corona Sinovac berhasil dan dimasukkan ke imunisasi nasional, kontinuitas program akan bergantung kepada suplai vaksin yang cukup. Oleh sebab itu, Hakim berharap Indonesia dapat memproduksi vaksin corona sendiri.

"Tentu akan lebih mudah dipastikan jika kita mampu memproduksi vaksin sendiri, dibandingkan jika harus membeli dari produsen dari luar negeri," pungkas Hakim. "Bila vaksin ini terbukti efektif dan aman, maka produksi massal dapat dimulai. Tinggal nanti kesepakatan antara Sinovac, Pemerintah Indonesia dan PT. Biofarma, berapa bagian produksi vaksin itu yang akan diproduksi Bio Farma."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait