Saingi GeNose, i-Nose 'Deteksi COVID-19 Pakai Bau Keringat' Cuma Dibanderol Rp10 Ribu
ristekbrin.go.id
Nasional

i-Nose C-19 dikembangkan oleh guru besar ITS disebut mampu mendeteksi COVID-19 berdasarkan bau keringat. Sedianya skrining dengan alat ini hanya dibanderol Rp10 ribu.

WowKeren - Saat ini di beberapa stasiun, dan dalam waktu dekat bandara, akan tersedia GeNose sebagai alat deteksi COVID-19. GeNose yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada ini mendeteksi COVID-19 berdasarkan embusan napas.

Namun langkah inovatif GeNose ini bakal disaingi i-Nose C-19 dalam waktu dekat. Karya dari Guru Besar ITS Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno, M.Sc., Ph.D., tersebut menggunakan bau keringat sebagai objek deteksi dan kini tengah dalam tahap uji profil di beberapa rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur.

Dengan terobosannya ini, tes COVID-19 menggunakan i-Nose C-19 diperkirakan hanya akan dibanderol senilai Rp10 ribu. Hasil pemeriksaannya pun tergolong cepat, yakni dalam 2,5 sampai 3 menit saja.

Alat pendeteksi ini pun sempat diujicoba di RS Lapangan Indrapura Surabaya beberapa waktu lalu. Sejumlah relawan dan tenaga kesehatan pun sudah dikerahkan untuk mendapatkan pelatihan pengoperasian i-Nose C-19.


Lebih jauh dijelaskan, i-Nose C-19 bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat ketiak seseorang. Sampel ini lantas diproses menggunakan artificial intelligence alias kecerdasan buatan.

Tim pengembang i-Nose C-19, Shoffi, menuturkan bahwa processor mini computer di alat tersebut bisa membuat alat langsung memproses sampel dengan kecerdasan buatan karena mengambil data langsung dari Cloud Server. "Ke depan harapannya, alat ini bisa membantu masyarakat untuk melakukan pendeteksi awal atau skrining awal COVID-19 bagi masyarakat," kata Shoffi, Minggu (28/2).

Alat ini juga dilengkapi dengan near-field communication (NFC) sehingga pengisian data cukup dengan menempelkan e-KTP pada i-Nose. Setelahnya sampel bisa diambil dan diuji, untuk kemudian hasil skriningnya langsung dikirimkan ke nomor WhatsApp masing-masing pengguna, yakni berupa sertifikat dengan QR Code.

"Jadi memang data ini kami ambil dari orang yang pernah melakukan PCR, kami ambil datanya lalu dipelajari," kata Shoffi. "Alat ini bukan pengganti PCR tapi skrining awal. Untuk tingkat keakuratannya juga mencapai 90 persen."

Keberadaan alat ini tentu saja mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Ketua Relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19, Radian Jadid. "Kami dukung penuh riset dan pengembangannya. Produk karya bangsa ini akan sangat memungkinkan diaplikasikan ke publik apabila uji klinisnya sudah clear. Kami akan berupaya memahami pengoperasi alat tersebut," tegasnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait