Varian Corona E484K di RI Diduga Sudah Tersebar Lebih Luas Dibanding yang Dilaporkan
Pixabay/Gerd Altmann
Nasional

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menduga sebaran varian corona E484K asal Jepang ini telah menyebar lebih luas daripada yang dilaporkan pemerintah.

WowKeren - Varian baru virus corona (COVID-19) E484K alias EEK diketahui telah masuk ke Indonesia. Pemerintah melaporkan satu kasus varian E484K ditemukan di Jakarta Barat dan pasien terkait saat ini telah dinyatakan sembuh.

Namun demikian, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menduga sebaran varian E484K ini telah menyebar lebih luas daripada yang dilaporkan pemerintah. Pasalnya, tutur Dicky, varian baru asal Jepang tersebut diduga memiliki tingkat reproduksi efektif (Rt) di atas 3, atau dapat dikatakan memiliki tingkat penyebaran yang lebih tinggi dibanding varian lain.

"Kalau kita menemukan satu kasus seperti ini, kasus E484K ini. Sudah bisa dipastikan besar kemungkinan itu sudah dimana-mana," tutur Dicky kepada media CNN Indonesia, Selasa (6/4). "Sebagaimana waktu B117 di Karawang dulu sudah pasti menyebar dimana-mana."

Menurut Dicky, wajar jika kasus varian E484K tersebut belum ditemukan. Pasalnya, saat ini teknik pencarian strain virus dengan metode Whole Genome Sequence (WGS) untuk mendeteksi varian tersebut baru dilakukan secara acak di Indonesia.


Dengan demikian, setiap kasus positif COVID-19 yang ditemukan melalui tes swab tak akan langsung ikut diperiksa menggunakan WGS. Dicky menyebut penemuan strain baru tersebut akan "untung-untungan".

Pemerintah sendiri saat ini baru melakukan 990 teknis WGS guna mencari strain virus baru. "Dengan radar terbatas saja kita sudah menemukan satu, bagaimana kalau kuat radarnya, kemungkinan banyak," kata Dicky.

Lebih lanjut, Dicky juga menyoroti fakta kasus varian E484K ini ditemukan lewat penularan warga lokal di Jakarta. Menurutnya, hal tersebut membuktikan bahwa varian baru tersebut telah menyebar menjadi transmisi lokal. "Itu sudah bisa dipastikan bahwa dia menyebar di lokal," tutur Dicky.

Oleh sebab itu, Dicky meminta pemerintah untuk lebih aktif dalam menerapkan kebijakan penjagaan pintu masuk Indonesia. Ia juga meminta pemerintah untuk tetap berfokus pada strategi tes, telusur, dan tindak lanjut (3T).

"Karena adanya mutasi ini membuat si virus lebih pintar mengakali sistem pertahanan tubuh manusia," pungkas Dicky. "Meski tidak sampai 100 persen, tapi cukup untuk membuat misalnya terapi plasma konvalesen tidak efektif. Termasuk ada potensi vaksin menurun efikasinya."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait