Kemenkes mendapat laporan pasien COVID-19 dengan infeksi varian B1525 di Batam, Kepri, yang merupakan pelaku perjalanan dari Malaysia pada Februari kemarin.
Kaum muda selama ini tidak terlalu dikhawatirkan karena dianggap memiliki imunitas yang jauh lebih baik dalam melawan COVID-19. Namun tampaknya tidak jika berhadapan dengan mutasi E484K.
Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan mutasi E484K sudah ditemui di Indonesia. Kemenkes pun mengungkap sumber penularan kasus perdana yang dipastikan telah sembuh ini.
Virus Corona dengan mutasi E484K dikonfirmasi ditemukan di Indonesia. Namun sebenarnya seberapa berbahaya varian virus ini? Dan sebenarnya virus ini seperti apa? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menduga sebaran varian corona E484K asal Jepang ini telah menyebar lebih luas daripada yang dilaporkan pemerintah.
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman pun khawatir varian asal Jepang tersebut berdampak pada penurunan efikasi atau kemanjuran vaksin corona yang digunakan saat ini.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut varian baru Corona E484K atau EEK tidak berbahaya meski memiliki potensi penularan yang tinggi. Berikut penjelasan lengkapnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa pengendalian mutasi COVID-19 akan terus dilakukan dengan cara vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebelumnya telah meminta publik untuk mewaspadai varian baru virus corona N439K karena varian tersebut sudah menyebar ke 30 negara.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi seorang warga Kota Bogor yang terpapar mutasi virus corona asal Inggris B117 sudah sembuh.
Profesor Mikrobiologi Klinis di Universitas Cambridge, Ravindra Gupta, dan timnya sedang mempelajari pasien COVID-19 yang telah terinfeksi virus secara kronis selama lebih dari 100 hari.
Menkes Budi Gunadi Sadikin memastikan bahwa virus Corona varian B117 sudah masuk ke Indonesia sejak awal 2021 lalu. Sebuah fakta mengejutkan pun terungkap setelahnya.
Pihak Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mengaku temuan tersebut telah dilaporkan Indonesia ke embaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat untuk tidak terlena dengan adanya program vaksinasi, karena tak dapat menjamin perlindungan 100% dari mutasi corona Inggris B117.
Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa metode Whole Genome Sequence (WGS) untuk mendeteksi varian tersebut dilakukan secara acak.
IDI mengingatkan mutasi virus SARS-CoV-2 varian N439K yang diklaim 'lebih pintar'. Lantas adakah perbedaan gejala antara infeksi N439K dengan varian lain?
Mutasi virus Corona B117 bahkan masih menyisakan sejumlah besar misteri di Indonesia, dan kini IDI meminta publik untuk mewaspadai jenis N439K yang diklaim lebih pintar.
Virus Corona varian B117 sejauh ini diklaim jauh lebih cepat menular. Namun baru-baru ini peneliti Inggris menemukan varian B117 juga lebih mematikan ketimbang jenis virus Corona lain.
Guru Besar Biologi Molekuler Unair Surabaya, Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom, menjelaskan bahwa ada varian corona lain yang perlu diwaspadai oleh Indonesia, yakni varian yang awalnya ditemukan di Brasil dan Afrika Selatan.
Satgas COVID-19 menyebut varian virus Corona B117 sudah ditemukan di 4 provinsi, dengan 3 kasus di antaranya ada di DKI Jakarta. Begini penjelasan Satgas selengkapnya.