Cancel Culture dapat berisiko fatal bila tak ditangani dengan baik. Yuk, simak 7 tips bijak berikut untuk menyikapi fenomena cancel culture yang tengah ramai jadi perbincangan.
- Sisilia Rizky Azalea
- Kamis, 16 Juni 2022 - 10:16 WIB
WowKeren - Cancel culture atau aksi boikot bisa berujung fatal bila tak ditangani dengan bijak. Bahaya cancel culture juga sudah sering disampaikan oleh sejumlah pakar.
Media sosial menjadi faktor kuatnya kemunculan cancel culture. Skandal yang ditimbulkan pelaku dipercaya memberi dampak online maupun offline. Hal itu disampaikan oleh pengacara terkenal asal Amerika, Jeffrey Toobin.
"Fenomena ini meledak karena kekuatan media sosial yang semakin kuat, perpecahan masyarakat yang mendalam, dan sulitnya mengatasi ketidakadilan. Skandal yang ditimbulkan pelaku dapat menimbulkan konsekuensi yang parah, baik online maupun offline," kata Jeffrey Toobin.
Karena itu, WowKeren akan merangkum 7 tips bijak untuk menyikapi bahaya cancel culture. Yuk, langsung saja simak lewat artikel menarik berikut ini.
(wk/Sisi)1. Bijak Dalam Menyerap Berita
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah bijak dalam menyerap berita. Jangan mudah termakan hoaks ataupun berkomentar sembrono tanpa tahu kebenarannya. Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi. dari Fakultas Psikologi UIN Jakarta menyetujui pandangan tersebut.
"Bijak dalam membaca berita, kemudian memastikan kebenaran berita tersebut. Selain itu, kita juga perlu santai untuk menanggapi berita-berita yang sedang ramai diperbincangkan masyarakat dan berpikir matang untuk memberikan komentar," kata Yunita Faela.
2. Benahi Pola Pikir
Terapkan pola pikir yang baik dan benar ketika hendak melakukan segala sesuatu. Selalu ingat bahwa setiap perbuatan memiliki sebab dan akibat. Hal itu disampaikan Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Nisa Kurnia Illahiati.
"Sebelum kita mau melakukan sesuatu, kita harus membenahi pola pikir, dan memahami proses logika itu bekerja, karena teknologi hanyalah instrumen," kata Nisa Kurnia.
3. Bersedia Meminta Maaf Bila Berbuat Salah
Tips lain ditujukan untuk korban cancel culture. Korban diimbau untuk segera meminta maaf bila berbuat salah. Tunjukkan rasa penyesalan yang tulus demi memenangkan simpati publik. Pendapat itu disampaikan psikolog Akeem Marsh, MD.
"Jika Anda mengalami cancel culture karena mengatakan atau melakukan sesuatu yang salah atau melanggar segera minta maaf. Tetapi sebelum Anda melakukannya, beri diri Anda waktu untuk membuat respons yang tulus dan pikirkan dengan matang," kata Akeem Marsh.
4. Bijak Bersosial Media
Masyarakat diminta untuk bijak dalam bersosial media. Bila perlu hindari penggunaan sosial media yang tak bermanfaat. Nisa Kurnia Illahiati membenarkan bahwa sosial media adalah faktor terbesar munculnya cancel culture.
"Medium is the message. Hal yang harus kita ingat, bahwa setiap media memiliki karakteristik dan efek yang berbeda. Dengan mengetahui karakteristik dan efek yang ditimbulkan, pengguna media sosial diharapkan menjadi lebih mawas dan terhindar dari jebakan media," papar Nisa Kurnia.
5. Berhenti Ikut-Ikutan
Cancel culture terjadi akibat banyaknya aksi boikot masyarakat. Sebagian biasanya hanya ikut-ikutan demi dianggap turut berkontribusi. Profesor jurusan komunikasi Universitas of Minnesota, Catherine Squires berpesan agar masyarakat tak ikut-ikutan melakukan aksi boikot bila belum tahu kebenarannya.
"Jika Anda tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan, yang dapat Anda lakukan adalah menolak untuk berpartisipasi. Pendapat masyarakat semakin terdemokratisasi karena sosial media sehingga penolakan untuk berpartisipasi menjadi lebih penting," jelas Catherine Squires.
6. Stop Main Hakim Sendiri
Sebagian korban mengalami cancel culture karena difitnah. Aksi main hakim sendiri menjadi faktor penyebab munculnya cancel culture. Karena itu, Nisa Kurnia Illahiati lagi-lagi mengimbau agar masyarakat mencari tahu fakta sebenarnya sebelum menghakimi korban.
"Seringkali orang- orang berani menghakimi orang secara keseluruhan, hanya dari story yang hanya belasan detik. Sebagai netizen, kita mungkin tidak memiliki hak untuk cancel dia, karena tidak benar-benar tahu apa yang terjadi," kata Nisa Kurnia.
7. Beri Kesempatan Korban Berbicara
Terakhir, penting bagi masyarakat memberi kesempatan korban untuk berbicara. Hal itu guna meminimalisir fitnah atau munculnya korban tak bersalah akibat cancel culture. Pandangan itu disampaikan sutradara terkenal asal Amerika, Aaron Rose.
"Masyarakat bisa saja buta akan realitas yang sebenarnya dan langsung membatasi hak jawab pelaku. Merupakan hal yang salah bila membatasi pelaku dalam memberikan hak jawab. Sedangkan di sisi lain, kebebasan berbicara merupakan hak asasi manusia yang dimiliki semua manusia," kata Aaron Rose.
Demikian 7 tips bijak yang telah dirangkum WowKeren. Semoga artikel di atas dapat membantu sobat WowKeren dalam menyikapi fenomena cancel culture. Terus nantikan artikel menarik lainnya ya. See you!