Lagi Trend Di Medsos, Telisik Apa Itu Deinfluencing Dan Tujuannya
Pexels/Anna Shvets
Lifestyle

Trend Deinfluencing belakangan tengah viral di media sosial. Disebut bisa mengubah gaya hidup masyarakat, yuk kenalan lebih dekat dengan deinfluencing dan tujuannya.

WowKeren - Istilah deinfluencing belakangan tengah viral di media sosial terutama di TikTok. Anda mungkin tak lagi awam dengan para influencer yang kerap meracuni atau merekomendasikan suatu produk agar publik tertarik kemudian membelinya. Sedang, trend deinfluencing merupakan kebalikan dari budaya meracuni tersebut.

Alih-alih memberi ulasan baik, para deinfluencer akan mengajak netizen untuk tak membeli dan berhati-hati dengan suatu produk. Trend ini tengah viral di media sosial lantaran yang disampaikan para deinfluencer dinilai lebih jujur dan rasional, ketimbang membohongi publik dengan informasi serta reviews palsu. Deinfluencer biasanya akan menginformasikan apakah suatu produk worth it atau layak untuk dibeli.

Banyaknya deinfluencer yang mulai bermunculan berhasil membuat opini publik mengenai racun influencer atau beauty vlogger sedikit berubah. Trend ini juga membantu mengurangi kebiasaan konsumerisme masyarakat hanya karena terbujuk reviews positif dari influencer. Di sisi lain, itu juga memperlihatkan kurangnya kredibilitas influencer dalam trend-trend sebelumnya.

Menurut konten kreator viral Elle Gray yang mendukung deinfluencing, trend ini lebih diminati oleh masyarakat karena membawa dampak yang baik untuk gaya hidup mereka. Terutama di tengah ancaman resesi yang memaksa banyak orang untuk membiasakan diri hidup lebih hemat.


"Dalam 12 bulan terakhir, kami telah melihat perlambatan ekstrem dalam ekonomi global. Saat kita memasuki resesi, orang-orang mulai merasakan dampaknya dan lebih memperhatikan pengeluaran dan konsumsi mereka. Deinfluence membuat orang enggan membelanjakan uang atau memberi mereka alternatif yang terjangkau," kata Elle.

Meski begitu, tak semua yang disampaikan para influencer adalah kebohongan. Namun, hadirnya deinfluencer dianggap sebagai penyeimbang agar masyarakat lebih berhati-hati dalam membeli suatu produk. Sederhananya, deinfluencer akan selalu berada di pihak konsumen dan berusaha memahami keluhan para audiens mereka.

"Mereka akan berbicara tentang nilai produk, apakah Anda bisa mendapatkannya lebih murah di tempat lain, apakah Anda dapat membeli produk berbeda yang melakukan hal yang sama. Jadi jika para influencer tahu audiens mereka merasakan kesulitan, mereka akan bereaksi untuk mencoba tetap berada di pihak audiens mereka," jelas Paul Greendwood, Kepala Riset di Agensi Kreatif We Are Social.

Lantas, apa saja sih tujuan hadirnya deinfluencing di tengah-tengah masyarakat? Yuk, cari tahu beberapa manfaat yang timbul berkat kemunculan deinfluencer di ulasan WowKeren berikut ini.

(wk/Sisi)

1. Menekan Budaya Konsumerisme


Menekan Budaya Konsumerisme
Pexels/Max Fischer

Tujuan utama deinfluencing adalah menekan budaya konsumerisme yang berlebihan. Seperti yang diketahui, banyak orang dengan mudahnya membuang uang untuk produk yang mendapat ulasan baik dari influencer favorit mereka. Padahal, mereka tak membutuhkan produk tersebut.

Deinfluencer pun hadir untuk memerangi budaya semacam itu. Masyarakat diharapkan lebih bijak dan tak mudah terbuai dengan produk yang mereka belum tahu seperti apa kualitasnya. Selain bisa berefek buruk untuk tubuh, uang Anda akan terbuang percuma jika suatu produk tak membawa manfaat.

2. Memerangi Fenomena FOMO


Memerangi Fenomena FOMO
Pexels/picjumbo.com

Selain karena penasaran, orang zaman sekarang biasanya kerap membeli barang hanya karena takut ketinggalan trend. Sikap takut ketinggalan trend dan ingin dipandang keren oleh orang lain itu dinamakan FOMO (Fear Of Missing Out). Deinfluencing pun hadir dan diharapkan bisa menggerus fenomena FOMO ini. Hal demikian disampaikan oleh Konten kreator Mandy Lee.

"Deinfluencing mendorong masyarakat untuk mengurangi kebiasaan konsumtif yang berlebihan. Pasalnya, TikTok membuat orang senang mengumpulkan barang hanya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Anda selalu up to date dan mampu membeli barang tersebut," kata Mandy Lee.

3. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Yang Lebih Baik


Meningkatkan Kualitas Lingkungan Yang Lebih Baik
Pexels/zhang kaiyv

Trend deinfluencing ternyata juga dianggap bisa meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik. Dengan berkurangnya tingkat konsumsi masyarakat, peluang untuk mewujudkan situasi yang ramah lingkungan dan menyehatkan tentu akan ikut meningkat. Hal ini disetujui oleh Rachel Flynn manajer di perusahaan PR Four Media Group.

"Saya senang melihat apa yang dapat dilakukan deinfluencing untuk membantu kita lebih fokus pada lingkungan. Baik itu meningkatkan kesadaran akan fast fashion atau produk kecantikan yang tidak berkelanjutan, ini adalah saat yang menyenangkan bagi industri ini," terang," Rachel.

4. Memberantas Reviews Palsu & Tidak Jujur


Memberantas Reviews Palsu & Tidak Jujur
Pexels/Ron Lach

Munculnya deinfluencing perlahan mulai menggeser peran para influencer. Jika tak ingin kredibilitas mereka diragukan tentu para influencer akan terpacu untuk memberikan ulasan yang jujur. Dengan begitu, maraknya reviews palsu dan tidak jujur otomatis akan ikut berkurang. TikToker Alyssa Kromelis menyetujui pendapat demikian.

"Ini juga merupakan cara bagi pembuat konten untuk membangun kredibilitas mereka. Mereka dianggap lebih jujur dan autentik jika bersedia memberi tahu penggemar, 'Hei, produk ini, saya agak membencinya. Ini tidak sepadan dengan uang Anda.'," jelas Alyssa.

5. Budaya Produksi Yang Jujur & Bijak


Budaya Produksi Yang Jujur & Bijak
Pexels/ELEVATE

Selain memerangi reviews palsu, trend deinfluencing juga dinilai mampu menciptakan budaya produksi yang lebih jujur. Dengan munculnya deinfluencing, perusahaan atau produsen diharapkan lebih memperhatikan kualitas produk mereka.

Jangan sampai kualitas atau bahan yang mereka pakai tak sesuai dengan klaim dan keterangan yang dilampirkan dalam produk. Hal itu harus diperhatikan jika tak ingin mendapat reviews buruk dari para deinfluencer.

6. Masyarakat Diharapkan Lebih Kritis


Masyarakat Diharapkan Lebih Kritis
Unsplash/Jacek Dylag

Lewat trend deinfluencing masyarakat diharapkan bisa menjadi konsumen yang kritis sebelum hendak membeli suatu produk. Jangan mudah termakan dengan iming-iming positif orang lain jika Anda sendiri tak yakin untuk membelinya. Kamrin Baker selaku manager editor di agensi Good Good Good mengimbau saran demikian.

"Deinfluencing memberi kita jendela di mana kita bebas untuk menjadi konsumen yang kritis, menjauh dari monolit tren, penipuan dan sebagai gantinya kita akan mempunyai hidup yang diharapkan memberi kita sedikit ketenangan pikiran baik untuk lingkungan maupun anggaran kita," jelas Kamrin.

7. Ciptakan Gaya Hidup Hemat


Ciptakan Gaya Hidup Hemat
Pexels/Karolina Grabowska

Trend deinfluencing berhasil mengubah pandangan banyak orang akan suatu produk. Ulasan jujur yang disampaikan para deinfluencer membuat mereka sadar jika tak semua reviews baik dari para beauty vlogger benar. Pikiran semacam ini membantu mengurangi keinginan menggebu-gebu mereka untuk membeli suatu produk tanpa memikirkan kelayakannya.

Hal ini sesuai dengan klaim Tiktoker Alyssa Kromelis yang berniat menyadarkan banyak orang lewat konten deinfluencing-nya. "Ini semua hal yang akan saya hilangkan pengaruhnya agar Anda tidak membeli. Agar Anda tak menghabiskan ribuan dolar hanya untuk produk kesehatan dan kecantikan. Tentu ini cocok untuk Anda yang suka menghemat uang," terang Alyssa.

Nah, itu dia manfaat dan tujuan yang bisa diambil dari trend deinfluencing. Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat dan mengedukasi sobat WowKeren akan trend viral satu ini ya. Terus nantikan artikel menarik lainnya, see you!

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait