Patut Waspada! Pasien Sembuh Corona Terancam Gejala Lebih Parah Saat Terinfeksi Ulang
Health

Peneliti menemukan risiko pasien sembuh COVID-19 bisa kembali terinfeksi oleh penyakit yang sama, bahkan mengalami gejala klinis yang jauh lebih parah ketimbang kasus pertama.

WowKeren - Perihal kasus reinfeksi hingga kekebalan tubuh terhadap COVID-19 merupakan misteri yang sampai saat ini masih terus berusaha dipecahkan pakar kesehatan. Salah satu yang belakangan terungkap, meski masih menunggu penelitian lebih lanjut, adalah perihal gejala klinis yang dialami pasien reinfeksi COVID-19.

Dalam sebuah studi terbaru yang dirilis di jurnal ilmiah The Lancet Infectious Diseases, disebutkan bahwa pasien COVID-19 mungkin mengalami gejala klinis yang jauh lebih parah ketika terinfeksi untuk kedua kalinya. Temuan ini sekaligus mengonfirmasi tidak adanya jaminan pasien sembuh COVID-19 akan terbebas dari potensi terinfeksi penyakit yang sama di masa depan.

Studi dilakukan terhadap pasien di Amerika Serikat, yang notabene saat ini menjadi negara dengan kasus positif Corona terbanyak di dunia. Dilansir dari AFP, seorang pria Nevada berusia 25 tahun mengalami gejala klinis yang lebih parah ketika kembali terinfeksi virus Corona.

Sang pasien dilaporkan harus dirawat ke rumah sakit dan mendapat bantuan oksigen. Dan rupanya kasus semacam ini juga ditemui di Belgia, Belanda, Hong Kong, dan Ekuador.


"Kemungkinan infeksi ulang dapat memiliki implikasi yang signifikan untuk pemahaman kita tentang kekebalan COVID-19," ujar penulis utama dalam riset ilmiah ini, Mark Pandori dari Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Nevada, dikutip pada Selasa (13/10). "Terutama dengan belum adanya vaksin yang efektif."

"Kami membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami berapa lama kekebalan dapat bertahan bagi orang yang terpapar SARS-CoV-2," imbuhnya. "Dan mengapa beberapa dari infeksi kedua ini, meski jarang, muncul sebagai lebih parah."

Temuan ini jelas harus menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan vaksin Corona yang kini sedang diusahakan di berbagai negara. Sebab sampai saat ini, bahkan ketika vaksin sudah siap diedarkan di Indonesia pada November 2020 mendatang, masih belum jelas seberapa lama antibodi COVID-19 akan bertahan.

"Komunitas ilmiah akan memiliki kesempatan untuk lebih memahami korelasi perlindungan dan seberapa sering infeksi alami dengan SARS-CoV-2 menyebabkan tingkat kekebalan itu," tutur Profesor Akiko Iwasaka dari Departemen Imunobiologi dan Biologi Molekuler di Universitas Yale. "Informasi ini adalah kunci untuk memahami vaksin mana yang mampu melewati ambang itu untuk memberikan kekebalan individu dan kelompok."

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait