Bukan Buruh, Demo Tolak UU Ciptaker Justru Didominasi Pelajar
Reuters
Nasional

Polisi menahan 1.192 orang terkait kericuhan dalam demonstrasi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, mengatakan jika 50 persen yang ditangkap adalah anak STM.

WowKeren - Aksi demonstrasu untuk menolak UU Omnibus Lawa Cipta Kerja kembali digelar di sejumlah daerah di Indonesia. Tak hanya kelompok buruh, bahkan mahasiswa dan ormas pun turut turun ke jalan melakukan aksi demo tersebut.

Namun, pada demo tersebut turut hadir para pelajar yang mengatasnamakan anak STM. Seperti yang diketahui, kehadiran pelajar menengah atas dalam aksi unjuk rasa bukan kali ini saja terjadi.

Sebelumnya mereka turut terjun ke lapangan pada akhir September 2019, saat menolak sejumlah RUU yang dianggap kontroversial, seperti RUU KPK, RUU KUHP, hingga mendukung pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

Meski begitu, sebagian dari mereka tidak paham permasalahan yang ditentang mahasiswa. Kehadiran mereka hanya sebagai bentuk solidaritas. "Semua orang tahu, kok, kita mau lanjutin perjuangan kakak-kakak," ucap salah satu peserta aksi yang berasal dari SMK di Rawamangun.

Pada aksi kali ini, anak STM kembali mengambil bagian. Sayangnya, demo yang terjadi di Jakarta, Kamis (8/10) lalu, berakhir ricuh.

Parahnya, dalam kericuhan tersebut demonstran melakukan pembakaran fasilitas umum seperti halte TransJakarta. Usai kericuhan, polisi menahan 1.192 orang. Sebanyak 50 persen yang ditangkap adalah anak STM.


Ketika diperiksa oleh polisi, mereka mengaku tidak tahu terkait tuntutan aksi. Mereka datang karena ada ajakan demo di media sosial.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, mengatakan, mereka dijanjikan uang jika ikut demo dan berbuat rusuh. Saat ini, polisi masih menyelidiki orang yang memberikan janji tersebut. "Nanti dapat duit di sana, dapat makan, tiket kereta sudah disiapin, truk sudah disiapin, bus sudah disiapin, tinggal datang ke sana, lempar-lempar saja," kata Yusri.

Pada kesempatan yang berbeda, Yusri mengatakan, pihaknya tengah melakukan patroli siber guna meredam hoaks yang provokatif di media sosial. Hal itu untuk menghindari massa seperti anak STM turun demo dan berbuat onar.

"Kita polisi tetap meningkatkan patroli siber untuk memantau provokator-provokator yang melakukan provokasi di dunia maya," sambungnya. "Kita juga koordinasi dengan Menkominfo dan platformnya."

Akibat peristiwa ini, Yusri meminta agar orang tua berperan serta dalam mengawasi anak-anak mereka. Hal itu demi mencegah anak-anak dimanfaatkan untuk melanggar hukum.

"Karena kemarin kan banyak anak-anak STM tuh, kita imbau cegah ke orang-orang terdekat keluarga agar mereka tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mereka ingin menciptakan kerusuhan," pungkasnya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait