Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberi pendapatnya terkait munculnya temuan mutasi virus corona yang menyebar lebih cepat 10 kali lipat, serta mutasi langka COVID-19 yang ditemukan oleh Unair di Kota Pahlawan.
- Nidya Putri
- Rabu, 02 September 2020 - 13:41 WIB
WowKeren - Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan penemuan virus Corona yang bermutasi menjadi 10 kali lipat lebih menular, D614G di Tanah Air. Terkait hal ini, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun mengaku jika pihaknya saat ini tengah fokus pada pencegahan penyebaran COVID-19.
"Ndak apa-apa. Masak aku ngurusin virusnya," kata Risma, Selasa (1/9). "Yang perlu diurusi sekarang memutus mata rantai itu (penyebaran COVID-19)."
Risma menjelaskan, yang paling penting untuk saat ini yakni masyarakat harus patuh terhadap protokol kesehatan, untuk memutus penyebaran COVID-19 di Surabaya. "Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, lalu jaga kebersihan. Ya udah," imbuhnya.
Menurut Risma soal mutasi virus Corona bukan bidangnya. Pihaknya akan tetap fokus melakukan pencegahan penyebaran COVID-19 dan pemulihan ekonomi di Surabaya. "He bagaimana caranya. Virusnya nggak kelihatan, bagaimana caranya," lanjut Risma.
Sebelumnya, Pakar Biomolekular Universitas Airlangga (Unair) Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengklaim adanya mutasi tipe Q677H yang jarang ditemui. "Ada dua mutan yang berdekatan dan dari peta sebaran di Indonesia, satu-satunya baru di Surabaya," ungkap Ni Nyoman yang juga Wakil Rektor I Unair.
Sementara itu, Risma juga membahas terkait keputusannya yang tak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lagi seperti wilayah lainnya. Padahal Surabaya sendiri sempat berkali-kali menyandang status zona merah.
Alasan Risma menolak keputusan PSBB adalah demi menyelamatkan ekonomi rakyatnya. Menurutnya, keputusan itu dilakukan agar perekonomian warga Surabaya dapat segera bangkit dan menyambut new normal.
(wk/nidy)
