Kerap Menggoda Milenial, Kenali 7 Risiko Ini Sebelum Manfaatkan Fitur PayLater
pxhere.com
SerbaSerbi

Penggunaan PayLater semakin meningkat di tengah masyarakat. Meski dianggap mudah, PayLater nyatanya memiliki risiko yang tak boleh disepelekan. Berikut 7 Risiko yang telah dirangkum WowKeren.

WowKeren - PayLater kini semakin eksis di tengah masyarakat. Kemudahan dan kepuasan yang didapat tak jarang kerap menggoda milenial. WowKeren juga sempat membahas konsep dan faktor penyebab meningkatnya pengguna PayLater di artikel sebelumnya.

Meski dianggap mudah dan menawarkan banyak manfaat, penggunaan PayLater ternyata juga memiliki risiko yang tak bisa disepelekan. Bahkan banyak beredar sejumlah konten di media sosial yang menceritakan penderitaan konsumen akibat PayLater.


Perencana Keuangan Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho membenarkan PayLater sangat berisiko. Menurutnya, PayLater akan berbahaya bila tak digunakan dengan bijak.

"Kalau memang mendesak dan harus pakai Paylater ya menurutku masih wajar. Tapi kalau sekedar konsumtif belaka itu yang bahaya," kata Andy Nugroho.

Karena itu, WowKeren akan mengulas 7 risiko yang mungkin timbul akibat penggunaan PayLater. So, buat sobat WowKeren yang hendak mengaktifkan PayLater, simak artikel berikut terlebih dahulu ya.

(wk/Sisi)

1. Bertambahnya Utang


Bertambahnya Utang
pxhere.com

Pada dasarnya PayLater hampir serupa dengan kartu kredit. Artinya, pengguna tetap berutang untuk membeli apa yang diinginkan. Saat berutang, maka ada kewajiban untuk melunasi. Hal ini tentu akan menambah beban pada keuangan.

Terlebih lagi saat pengguna tak bisa membayar. Kemungkinan mereka akan meminjam pada layanan lain untuk melunasi tagihan PayLater. Hal itu ditelaah oleh perusahaan kredit asal Amerika, Fitch Ratings.

"Pengguna PayLater mungkin mendapati diri mereka tidak mampu membayar pembayaran berkala dan kemudian berpaling ke kartu kredit atau bentuk lain dari pinjaman utang berbunga tinggi untuk membayar utang PayLater ini," kata Fitch Ratings kepada

2. Bunga Yang Harus Dibayar


Bunga Yang Harus Dibayar
pxhere.com

Tanpa disadari, biaya PayLater seringkali memberatkan. Pasalnya, meski dianggap praktis, PayLater juga menerapkan bunga sebagai biaya jasa. Bunga yang ditentukan akan berbeda setiap penyedia layanan PayLater.

Total tagihan PayLater pastinya lebih besar ketimbang pinjaman. Tagihan yang wajib dibayar biasanya kalkulasi pinjaman awal ditambah bunga yang telah disepakati. Hal demikian lagi-lagi disampaikan oleh Andy Nugroho.

"Kartu kredit kalau di akhir bulan langsung bayar, kita bisa tidak kena bunga sama sekali. Sedangkan PayLater walau bayar di akhir bulan tetap kena bunganya. Total pembelanjaan yang dibayarkan pastinya jadi lebih besar ketimbang semestinya akibat bunga tadi," jelas Andy Nugroho.

3. Risiko Denda


Risiko Denda
pixabay.com

Selain bunga, PayLater juga memiliki risiko denda. Ada denda yang harus dibayar bila pengguna tidak melunasi tagihan sampai batas waktu yang telah ditentukan. Besaran denda biasanya bervariasi, bergantung pada layanan yang digunakan.

Bila hal ini terjadi, tentu pengeluaran akan bertambah besar. Karena itu, konsumen perlu waspada ketika menggunakan PayLayter. Hal itu disampaikan oleh Direktur Center for Responsible Landing, Marisabel Torres.

"Harus ada transparansi yang lebih. Ini bukan hanya, 'nol pembiayaan, nol biaya.' Jika Anda melewatkan pembayaran, Anda akan dikenakan denda. Anda akan dikenakan beberapa jenis penalti," jelas Marisabel Torres.

4. Meningkatkan Perilaku Konsumtif


Meningkatkan Perilaku Konsumtif
pixabay.com

Adanya PayLater dipercaya meningkatkan pola hidup konsumtif. Sebab, PayLater lebih banyak digunakan untuk memenuhi konsumsi pribadi. Misalnya, membeli makanan, keperluan traveling, belanja barang dan masih banyak lagi.

Kemudahan yang ditawarkan membuat pengguna kerap tergoda untuk terus menggunakan PayLater. Mereka ingin mendapatkan sesuatu sesegera mungkin tanpa pikir panjang. Pandangan itu lagi-lagi dibenarkan oleh Andy Nugroho.

"Bahaya Paylater yang pertama sudah jelas, kita jadi konsumtif, karena merasa ada dana tadi. Ini riskan membuat kita mendapatkan apa yang kita butuhkan, apa yang kita inginkan, sesegera mungkin, tanpa kalkulasi," papar Andy Nugroho.

5. Keuangan Terganggu


Keuangan Terganggu
pixabay.com

PayLater berisiko mengganggu manajemen keuangan. Apalagi bila dilakukan dengan tenor atau jangka cicilan yang lama. Munculnya utang baru dapat meningkatkan pengeluaran sehingga mengganggu manajemen keuangan yang sudah dirancang sebelumnya.

Pengguna PayLater biasanya menganggap biaya yang dicicil mudah untuk dilunasi. Namun, mereka tak sadar melakukannya berkali-kali sehingga jumlah tagihan menumpuk. Professor Universitas Virginia, Mael Baucells mengatakan kondisi itu akan semakin menyulitkan pengguna.

"Pengguna cenderung berpikir, 'Yah, bukan masalah besar, saya pasti bisa membayar 10 USD per bulan'. Anda tidak menyadari bahwa jika Anda melakukannya beberapa kali, pembayaran itu saling menumpuk. Itu akan mengganggu keuangan Anda. Itu adalah konsekuensi yang sangat nyata," kata Manel Baucells.

6. BI Checking Terancam Buruk


BI Checking Terancam Buruk
pixabay.com

Risiko lain yang cukup memberatkan yakni BI checking terancam buruk bila PayLater tak digunakan dengan bijak. Pasalnya, layanan PayLater juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI checking akan otomatis mem-blacklist nama-nama pengguna yang nakal.

Buruknya riwayat pembayaran kredit membuat seseorang akan kesulitan ketika akan mengajukan kredit kembali. Hal itu dibenarkan oleh Direktur Utama perusahaan jasa kredit, Yohanes Abimanyu.

"Kalau gagal bayar PayLater bisa berdampak bagi kredit skor dan BI checking sebab sumber pendanaan PayLater bisa jadi berasal dari dari bank rekanan. Oleh karena itu, sebaiknya kita menjaga kredit skor dan riwayat kredit sejak dini, supaya mempermudah perencanaan keuangan di masa mendatang," tutur Yohanes Abimanyu.

7. Peluang Peretasan Identitas


Peluang Peretasan Identitas
pixabay.com

Bertransaksi via digital tak luput dari bahaya peretasan yang mengintai. Data diri yang diunggah pada situs atau aplikasi e-commerce penyedia PayLater tak terjamin keamanannya. Risiko peretasan database oleh oknum tak bertanggungjawab akan tetap ada.

Ahmad Fauzi Ridwan, alias Ridu contohnya yang menjadi salah satu korban peretasan data PayLater. Kepada BBC News Indonesia, Ridu menyebut pengajuan pinjamannya sempat ditolak akibat riwayat kredit yang buruk. Ia pun menyadari telah menjadi korban peretasan identitas.

"Pengajuan pinjaman saya ke bank langganan ditolak. Saya kaget karena selama ini saya tidak pernah melewati batas waktu jatuh tempo. Namun, setelah ditelisik nama saya tercantum sebagai penunggak PayLater. Sedangkan saya tak pernah mengajukan akun PayLater di manapun," beber Ridu.

Nah, itu dia 7 risiko yang muncul bila PayLater tak digunakan dengan bijak. Karena itu, WowKeren akan membagikan tips bijak memanfaatkan PayLater di artikel selanjutnya. Sampai jumpa di next artikel. See you!

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru